Senin, 03 Oktober 2011

Cobalah Berhenti Menjadi Gelas ^^


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.
“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.
“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya. “Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam, mendengarkan.
“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”
Masalah hanyalah seperti air hujan, yang terkadang datang dan pergi. Tapi dengannya alam menjadi lebih cerah dan udara lebih segar. Begitu juga masalah, dia akan menjadikan diri kita lebih segar. Masalah bukanlah untuk di takuti atau dihindari, tapi masalah adalah untuk diselesaikan.

MEKANISME PERTAHANAN EGO (MPE) / EGO DEFENSE MECHANISMS



Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan superego. Namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego (Ego DefenseMechanism).
Bentuk-bentuk Mekanisme pertahanan :

1. Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai. Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran. Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa “lupa” terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam tak sadar kealam sadar.
Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.

2. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.6 Rasa tidak nyaman dirasakan tetapi ditekan.4Perlu dibedakan dengan represi, karena pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya.

3. Penyangkalan (denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.4
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya.

4. Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal,  biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi persaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima.4 Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.

5. Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi. Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.

6. Reaksi Formasi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.

7. Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.

8. Pengelakan atau salah pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya  dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan.

9. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.

10. Simbolisasi
Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan.

11. Konversi
Konversi merupakan proses psikologi dengan menggunakan mekanisme represi, identifikasi, penyangkalan, pengelakan dan simbolis. Suatu konflik yang berakibat penderitaan afek akan dikonversikan menjadi terhambatannya fungsi motorik atau sensorik dalam upayanya menetralisasikan pelepasan afek. Dengan paralisis atau dengan gangguan sensorik, maka konflik dielakkan dan afek ditekan. Hambatan fungsi merupakan symbol dari keinginan yang ditekan. Seringkali konversi memiliki gejala atas dasar identifikasi.

12. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.

13. Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.

14. Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang lain. Kompensasi ini dirangsang oleh suatu masyarakat yang bersaing. Karena itu yang bersangkutan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya karena kurang mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasiakan dalam juara olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti.

15. Pelepasan (Undoing)
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social.

16. Penyekatan Emosional (Emotional Insulation)
Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang mempunyai tingkat keterlibatan emosionalnya dalam keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan. Sebagai contoh, melindungi diri terhadap kekecewaan dan penderitaan dengan cara menyerah dan menjadi orang yang menerima secara pasif apa saja yang terjadi dalam kehidupan.

17. Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi)
Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang yang kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang sudah tidak menderita lagi”  dan sambil tersenyum.

18. Pemeranan (Acting out)
Pemeran mempunyai sifat yaitu dapat mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh berbagai keinginan yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya. Dalam keadaan biasa, hal ini tidak dilakukan. Kecuali bila orang tersebut lemah dalam pengendalian kesusilaannya. Dengan melakukan perbuatan tersebut, maka akan dirasakan sebagai meringankan agar hal tersebut cepat selesai.

Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian. Teori yang paling popular dan terus dikembangkan adalah teori Hipocrates- Galenus. Yang merupakan pengembangan dari teori Empedokretus.
Berdasarkan pemikirannya, ia mengatakan bahwa keempat tipe temperamen dasar itu adalah akibat dari empat macam cairan tubuh yang sangat penting di dalam tubuh manusia :
1.    Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning)
2.    Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam)
3.    Sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir)
4.    Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah)
Kemudian teori Hippocrates di sempurnakan kembali oleh Galenus yang mengatakan bahwa keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu, dimana jika salah satu cairan lebih dominan dari cairan yang lain, maka cairan tersebut dapat membentuk kepribadian seseorang.
Berpuluh tahun lamanya tipologi yunani yang bersifat filosofis ini berpengaruh luas sekali. Bahkan psikologi modern telah mengemukakan banyak saran baru mengenai penggolongan temperamen, tetapi tidak ada yang dapat menemukan penggolongan yang lebih bisa diterima seperti yang dikemukakan oleh Hippocrates dan Galenus.
Untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai sifat temperamen yang melekat dalam setiap cairan, berikut adalah gambaran dari penggolongan manusia berdasarkan keempat bentuk cairan tersebut.
Tipe Kepribadian Choleris
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan chole. Dimana orang yang choleris adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup penuh semangat, keras, hatinya mudah terbakar, daya juang besar, optimistis, garang, mudah marah, pengatur, penguasa, pendendam, dan serius.
Tipe Kepribadian Melancholis
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan melanchole. Dimana orang yang melancholis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pesimistis, penakut, dan kaku.
Tipe Kepribadian Phlegmatis
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan phlegma. Dimana orang yang phlegmatis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti tidak suka terburu-buru, tenang, tidak mudah dipengaruhi, setia, dingin, santai dan sabar.
Tipe Kepribadian Sanguinis
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan sanguis. Dimana orang yang sanguinis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup mudah berganti haluan, ramah, mudah bergaul, lincah, periang, mudah senyum, dan tidak mudah putus asa.

Kamis, 29 September 2011

EPISODE "POLA TAK BERTEPI"

Diam ku ini bukan berarti aku tak tau apa-apa, mungkin aku mengerti akhirnya, setelah kognisiku bergerak melaju menderu ke kutub positif..
Seringkali seperti ini, hingga membentuk pola yang aku sendiri baru menyadarinya, entah berawal dari mana apa dan siapa segore pelajaran hidup ini dimulai..aku, kamu dan dia, KITA
masih teringat, ingat sekali beberapa waktu lalu hal seperti ini pun terjadi dan sekarang (lagi), yang lalu tanpa kejelasan..berhembus bagai angin yang tak berpamitan pada yang merasakan nikmatnya hembusannya.. bahkan berhembus begitu cepat berganti dengan musim semi yang indah...terlupa akan yang berlalu, menikmati aliran musim yang melenakan ini, sampai satu waktu terjadi lagi hal yang sama, bisa dikatakan kita mulai merasakan titik jenuh dari pola "itu" pola yang secara tidak sadar kita ciptakan, bukan bukan aku kamu atau dia yang menciptakan TAPI kita..
dan saat ini tertanggal 30 September 2011, POLA itu akankah kita enyahkan? atau tetap tertinggal berulang lagi suatu saat nanti? 
Sebuah perjalanan ikatan pertemanan bukanlah hal mudah tuk dilalui semudah membalikkan telapak tangan ini, pertemanan yang erat ya persahabatan bukanlah dicari namun DICIPTAKAN akan tumbuh sendiri mengikuti musim kehidupan ini.. aku sadar aku tak berhak memakasakan inginku kepada kalian, kalian bukan robot kalian ada sebagai manusia, aku tak ingin meng-objekkan kalian, kalian sahabatku..walau beribu harap dan ingin pada diri ini, sungguh aku tak berhak memaksakan itu menjadi nyata, aku dan kalian punya kehidupan masing-masing, privasi masing-masing..AKU HARGAI ITU..dan mungkin ini yang sering menjadi ganjalan tak bertepi yang tak pernah muncul ke permukaan atau malah pernah  muncul tetapi tenggelam lagi larut bersama "kebiasan" yang kalian ciptakan, aku menelusuri musim ini, menikmati setiap sisi kehidupanku ini, dalam tangis dan tawa, canda dan duka hingga "POLA" itu terjadi lagi dalam ikatan persahabatan ini, tak pernah terjamahkan oleh akal sadarku ketika pola itu (dulu) tak berujung, hingga akhirnya aku menyadari hal itu waktu dekat ini, maaf aku terlalu terlenakan oleh kesibukanku akhir-akhir ini, diamku lagi-lagi bukan karena aku tak "peka" tak mengerti keadaan, diamku hanyalah berusaha menerima, melihat kalian senang akupun bahagia, walau tanpa aku.. sekali aku tak berhak memakasa kalian menjadi seperti yang aku pinta, sungguh aku tak berhak ketika kalian menemukan kenyamanan lebih di tempat lain ,biasa menciptakan kebahagiaan yang bermanfaat menghibur dan siap mendengarkan kalian dengan waktu yang berlebih, aku siap menerima itu, karena sahabat bukan sebatas kebersamaan.. tapi yang aku rasakan di atmosfir lingkunganku, sahabat ya sering bareng-bareng..sungguh aku senang bersama kalian, bercanda, menceritakan keluh kesah, saling membantu dan belajar bersama memaknai hidup, aku bersyukur dipertemukan dengan kalian.. kalian dengan segudang potensi yang luar biasa sebagai TEMAN, sekali lagi aku dengan segala uneg-uneg dan pikiran negatif yang pernah hinggap di pikiranku dengan segala keegoanku tak ingin "memaksa" kalian menjadi seperti yang aku minta..biarlah berjalan mengalir mengikuti musim kehidupan yang telah di rancang oleh skenario hidup kita ALLAH SWT.
Alhamdulillah banyak pelajaran dari "POLA TAK BERTEPI" ini, aku rindu kalian, aku juga ingin bersama kalian tetapi itu bukan berarti harus selalu bersama di tiap kesempatan, aku tak menjauh dan aku tak menghindari kalian, aku hanya sedang  berproses memahami dan menerima selaksa musim pada pertemanan kita ini..berusaha memahami, mengerti dan menerima itulah arti TEMAN yang sesungguhnya..

Persahabatan terkadang manis sekali dan terkadang pahit sekali, kalo jendral Sudirman bilang " jangan terlalu cepat menelan manis dan jangan terlalu cepat menelan yang pahit". Ini adalah sebuah pembelajaran penting dalam selaksa kehidupan kita.
_episode "POLA TAK BERTEPI" akankah kutemukan tepi dari episode ini?











Jumat, 10 Juni 2011

Biar Cinta itu Bermuara dengan Sendirinya...

Kenapa tak pernah kau tambatkan
perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu
pelabuhan tenang yang mau menerima
kehadiran kapalmu!

Kalau dulu memang pernah ada
satu pelabuhan kecil, yang kemudian
harus kau lupakan,
mengapa tak kau cari pelabuhan lain,
yang akan memberikan rasa damai yang lebih?
Seandainya kau mau,
buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu,
pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,
hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,
rumah dan pelabuhan hatimu.

(Judul Puisi ” Pelabuhan ” karya Tyas Tatanka, kumpulan puisi 7 penyair serang)

Matanya berkaca-kaca ketika perempuan itu selesai membaca dan merenungi isi puisi itu. Dulu sekali perempuan itu telah pernah berharap pada seorang laki-laki yang dia yakin baik dan hanif, ada kilasan – kilasan di hatinya yang mengatakan bahwa mungkin dialah sosok yang selama ini dicari.. dialah sosok yang tepat untuk mengisi hari harinya kelak dalam bingkai pernikahan.

Berawal dari sebuah pertemanan. Berdiskusi tentang segala hal, terutama masalah agama. Perempuan itu sedang berproses untuk mendalami agama Islam dengan lebih intens. Dan laki-laki itu, dia paham agama, aktif diorganisasi keislaman, dan masih banyak lagi hal – hal positif yang ada dalam diri lelaki itu. Sehingga kedekatan itu membawa semangat perempuan itu untuk terus menggali ilmu agama. dan mempraktekkannya dalam kesehariannya. Kedekatan itu berlanjut menjadi kedekatan yang intens, berbagi cerita, curahan hati, saling meminta saran, saling bertelepon dan bersms, yang akhirnya segala kehadirannya menjadikan suatu kebutuhan. Kesemuanya itu awalnya mengatasnamakan persahabatan.

Suatu hari salah seorang sahabatnya bertanya “Adakah persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan dewasa tanpa melibatkan hati dan perasaan terlebih bila sudah muncul rasa simpati, kagum dan kebutuhan untuk sering berinteraksi?”

Perempuan itu tertegun dan hanya bisa menjawab ” entahlah..”

Sampai suatu hari, laki-laki itu pergi dan menghilang… Awalnya masih memberi kabar. Selebihnya hilang begitu saja. Dan perempuan itu masih berharap dan menunggu untuk suatu yang tak pasti. Karena memang tidak pernah ada komitmen yang lebih jauh diantara mereka berdua. Setiap dia mengenal sosok lelaki lainnya… Selalu dibandingkan dengan sosok laki-laki sahabatnya itu dan tentulah sosok laki-laki sahabatnya itu yang selalu lebih unggul dibanding yang lain. Dan perempuan itu tidak pernah lagi membuka hatinya untuk yang lain. Sampai suatu hari,..

Perempuan itu menyadari kesia-siaan yang dibuatnya. Ia berharap ke sesuatu yang tak pasti hanyalah akan membawa luka dihati… Bukankah banyak hal yang bermanfaat yang bisa dia lakukan untuk mengisi hidupnya kini…. Air mata nya jatuh perlahan dalam sujud panjangnya dikegelapan malam… Dia berjanji untuk tidak mengisi hari-harinya dengan kesia-siaan.

“Lalu bagaimana dengan sosok laki-laki itu ??” Perlahan saya bertanya padanya.

“Saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa, yang salah hanyalah persepsi dan harapan yang terlalu berlebihan dari kedekatan itu, dan proses interaksi yang terlalu dekat sehingga timbul gejolak dihati…. Biarlah hal itu menjadi proses pembelajaran dan pendewasaan bagi saya untuk lebih hati – hati dalam menata hati dan melabuhkan hati,” ujarnya dengan diplomatis. Hingga saya menemukan perempuan itu kini benar-benar menepati janjinya.

Dunia perempuan itu kini adalah dunia penuh cinta dengan warna-warna jingga, tawa-tawa pelangi, pijar bintang dimata anak anak jalanan yang menjadi anak didiknya…. Cinta yang dialiri ketulusan tanpa pamrih dari sahabat-sahabat di komunitasnya yang menjadikan perempuan itu produktif dan bisa menghasilkan karya…cinta yang tidak pernah kenal surut dari kedua orang tua dan keluarganya… Dan yang paling hakiki adalah cinta nya pada Illahi yang selalu mengisi relung-relung hati..tempatnya bermunajat disaat suka dan duka… Indahnya hidup dikelilingi dengan cinta yang pasti.

Adakalanya kita begitu yakin bahwa kehadiran seseorang akan memberi sejuta makna bagi isi jiwa. Sehingga…. saat seseorang itu pun hilang begitu saja… Masih ada setangkup harapan agar dia kembali….Walaupun ada kata-katanya yang menyakitkan hati…. akan selalu ada beribu kata maaf untuknya…. Masih ada beribu penantian walau tak pasti… Masih ada segumpal keyakinan bahwa dialah jodoh yang dicari sehingga menutup pintu hati dan sanubari untuk yang lain. Sementara dia yang jauh disana mungkin sama sekali tak pernah memikirkannya. Haruskah mengorbankan diri demi hal yang sia-sia??

Masih ada sejuta asa…. Masih ada sejuta makna…..Masih ada pijar bintang dan mentari yang akan selalu bercahaya dilubuk jiwa dengan menjadi bermakna dan bermanfaat bagi sesama….

“Lalu… bagaimana dengan cinta yang dulu pernah ada??” tanya saya suatu hari.

Perempuan itu berujar, ” Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya… disaat yang tepat… dengan seseorang yang tepat…. dan pilihan yang tepat……hanya dari Allah Swt. disaat dihalalkannya dua manusia untuk bersatu dalam ikatatan pernikahan yang barokah..”

Semoga saja akan demikian adanya…

Untuk seorang sahabat.yang tengah meniti masa transisi
dini@mipp.ntt.net.id

sumber : eramuslim
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/biar-cinta-itu-bermuara-dengan-sendirinya/445134891041

Kamis, 09 Juni 2011

When You Believe

Lagu yang Menguatkan..Menginspirasiku :)

Many nights we've prayed
With no proof anyone could hear
In our hearts a hopeful song
We barely understood
Now we are not afraid
Although we know there's much to fear
We were moving mountains long
Before we knew we could


There can be miracles
When you believe
Though hope is frail
It's hard to kill
Who knows what miracles
You can achieve
When you believe
Somehow you will
You will when you believe

In this time of fear
When prayer so often proves in vain
Hope seems like the summer birds
Too swiftly flown away
Yet now i'm standing here
My heart's so full, i can't explain
Seeking faith and speaking words
I never thought i'd say


They don't always happen when you ask
And it's easy to give in to your fears
But when you're blinded by your faith
Can't see your way through the rain
Honesty will reveal all
When hope is very near

Kamis, 02 Juni 2011

iseng-iseng ikut lomba CERPEN :P


Merengkuh Rembulan di Mendung Kelabu
    Plak! Aku masih belum tersadar akan takdir ini, takdir? Ya, hari ini momen spesial, peristiwa yang ku harapkan terjadi sekali seumur hidupku. Tapi kenapa aku tak bisa menerima semua ini?? Aku seperti terhipnotis dengan keadaan ini. Terhipnotis oleh semua kejadian yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
    Ciiiiit…bunyi pintu kamarku yang telah tua dimakan usia, “Assalamu’alaikum..Mas Fadhil udah di tunggu semua keluarga di lantai bawah, kasihan mereka udah menunggu mas cukup lama terutama mbak Fitria, Ayo segeraturun?”, pinta Nisa adikku, ia yang telah menceritakan semua yang terjadi padaku ini tadi  pagi.
 “Iya dek, afwan..mas tadi agak diarejadi harus bolak-balik kamar mandi”, ucapku menutupi kegundahan hatiku yang terus berkecamuk. Seperti bisa membaca pikiranku, Nisa tiba-tiba mendekat dan duduk disampingku “Mas, ayolah ini semua sudah jadi keputusan keluarga, mas gak kasihan sama Ibu yang udah susah payah mencari yang terbaik buat mas? Sebagai laki-laki mas harus berani menghadapi apapun, mas sebagai nahkoda rumah tangga nantinya..Ayolah, bismillah pasti bisa!”, Nisa menyemangatiku, aku masih saja duduk lemas. Sekejap muncul wajah-wajah orang-orang yang sangat kucintai silih berganti dalam imajinasiku.
Ya, bismillah aku kuat, aku pasti bisa! Aku berdiri melemaskan otot-otot dan berusaha menghilangkan rasa  sakit pada tanganku yang masih mengepal. Ayo, Nis, Mas udah siap Insya Allah..Ku langkahkan kakiku mantap menuju lantai bawah, semua menatapku bahagia, terutama Umiku beliau tersenyum bangga padaku.
    Pernikahan ini bukanlah main-main, aku berusaha memantapkan hatiku yang masih saja resah walau sudah berkali-kali aku kuatkan. Aku mencari sosok  Marisa,  gadis yang cukup dekat denganku, dia yang sangat ku harapkan duduk sebagai mempelai wanita, bukan Fitria.
Demi ibu dan keluargaku tercinta, aku ucapkan akad nikah dengan lancar, namun hatiku masih saja berontak.

…………………
    Waktu mulai larut, matahari kembali ke peraduannya digantikan Sang Bulan,  aku sama sekali belum melihat bagaimana paras istriku, Fitria. Raga ini turut berontak hingga melihatnya pun enggan, begitu teganya aku sebagai suami. Masih dengan kegalauan perasaanku, aku memutuskan untuk tidak tidur sekamar dulu layaknya pasangan suami istri baru.  
    Aku keluar menemui Nissa adikku, aku ingin menumpahkan semua yang berkecamuk dalam hatiku. “Nis, mas mau ngobrol sebentar?” pintaku pada Nissa yang sedang kumpul bersama keluarga. Aku mengajaknya ke taman belakang. “Mas, kok nggak nemenin mbak Fitria di kamar?”, tanyanya padaku. “Nis, kamu nggak melihat kegundahan mas? Jujur mas masih saja belum sepenuhnya ridho, mas masih mengharapkan Marisa. Mas belum mengerti ini semua, kenapa bisa terjadi? Kenapa aku harus menikahi wanita yang sama sekali nggak aku kenal? Kenapa kamu sama Umi begitu ngotot mengusulkan fitria untuk menjadi istriku?”, aku keluarkan semua pertanyaan yang berkecamuk hingga detik ini aku bernafas. “Mas, maaf sebelumnya aku sama Umi nggak bermaksud membuat mas menderita, kami pikir Fitrialah yang terbaik buat mas”, ucap Nissa padaku.


Jeedeeeeer, Zzzzt!
Seperti tersambar petir, aku mendengarkan semua penjelasan Nissa.  Aku baru tahu bahwa istriku adalah seorang janda dengan satu anak laki-laki. Fitria masih cukup muda, suaminya meninggal ketika berangkat haji di Mekah.
Aku sangat merasa bersalah, tiba-tiba muncul rasa simpatiku terhadap Fitria. Ia sosok yang sabar, tabah dan baik hati begitu kata adikku Nissa. Perlahan-lahan muncul rasa penasaran terhadap Fitria bagaimana parasnya sampai detik ini aku belum melihatnya, namun kali ini  egoku mengalahkan rasa penasaran itu. Aku putuskan masuk ke kamar lain untuk bersujud pada-Nya, lalu lekas tidur serambi menanti esok hari yang masih menjadi misteri.
Yaa Alloh, betapa aku jahat sekali pada Fitria, wanita yang kini menjadi pendamping hidupku.
Betapa aku telah menyakiti perasaannya, Yaa Robb…
Aku tak menghiraukannya sama sekali, padahal dia istriku.
Aku yang telah resmi menjadi imam di kehidupannya, tapi masih saja mengharap  cinta yang lain…
Cinta masa laluku yang begitu besar.
Aku berdosa.
Aku dzolimi dia…
Ampuni aku, Yaa Alloh…
Ampuni segala kekeliruan yang telah aku perbuat.
Namun aku tak mampu menerima takdir ini, aku belum bisa menerima dia di kehidupanku menggantikan cintaku pada Marisa.  Namun, Ya Robb yang Maha Membolak-balikan hati, jika memang Fitria adalah yang terbaik untukku aku siap menerimanya dalam keadaan apapun dia, aku siap melupakan cintaku pada Marisa..Mohon berilah petunjuk, Ya Allah..
 Tunjukkanlah jalan terbaik pada hamba-Mu ini  Ya Robb..
Aku akan sangat berdosa jika berlaku seperti ini terus kepada istriku, Ya Allah..
Aku mohon maafkan hamba, berilah kekuatan padaku untuk menjalani serangkaian lika-liku kehidupan ini..
Amien..amien…amien…
Yaa Robbal’alamien…

    Munajatku ba’da sholat isya’. Aku masih juga terduduk bersimpuh. Segala perasaanku, aku paksakan terucapkan padaNya. DIA, Dzat yang lebih tahu apa yang terjadi pada diriku. Aku yakin, DIA bisa memberikan jawaban yang tepat bagi kegelisahanku. Sudah saatnya manusia tak lagi menggantungkan harapan dan hatinya pada manusia lain. manusia hanya perlu menggantungkan harapan dan hati seutuhnya pada Sang Pencipta. Inilah kunci sukses dunia-akhirat.

…………………

    Aku kesiangan bangun pagi ini, aku terlalu lelah berkutat dengan alam batinku. Konflik batin yang begitu berat. Seusai sholat Subuh, aku masih berada dalam keraguan, apakah aku benar-benar sudah menikah atau belum. Masih merasa seperti mimpi, mimpi buruk, pikirku.
    Pagi ini rasa penasaranku makin membara, walau belum sepenuhnya menerima. Egoku mulai luluh, aku ingin melihat Fitria, orang yang kini sah menjadi istriku.
Aku putuskan, sebagai seorang laki-laki muslim aku harus mulai belajar mengikhlaskan segala keputusan yang telah aku ambil. Aku buka pintu kamarku dimana Fitria tadi malam tidur, namun tak ku temukan sosoknya. Aku hanya ingin sekedar menyapanya dengan niat utama melihat parasnya.
    Mentari pagi begitu bersahabat, sinar hangatnya mulai masuk melalui celah-celah kecil disisi-sisi rumahku. Aku ingin menghirup udara pagi ini merasakan kehangatan surya pagi dengan sinarnya yang mungkin bisa sedikit menenangkan hatiku. Aku keluar dari rumah untuk sekedar jalan-jalan pagi, di sudut jalan ku temukan segerombolan perempuan terdiri dari enam orang yang sebagian wajahnya ku kenali. Ada teman SMAku disana yang kebetulan tetanggaku juga. Aku melihat sekilas satu persatu “Put, aku udah nikah ya? Siapa sih istriku? Kamu bukan? Putri tersenyum menahan tawa “ Iya, kamu udah nikah. Tapi bukan aku istrimu. Istrimu itu lho mbak Fitria”, jelas Putri sambil menunjuk perempuan yang paling ujung, yang telah ku lewati dan aku tak mengenalnya. Mendengar penjelasan Putri, aku langsung bergumam “Oh, pantesan waktu aku melewati sosoknya, ia tersenyum padaku namun aku tak menghiraukannya.
    Aku belum melihat wajah istriku dengan jelas. Aku merasa memiliki hak atas istriku, dengan spontan aku panggil dia “Dik, mau kemana?”, tanyaku sambil berharap dia tidak marah denganku yang telah mengacuhkan dia seharian kemarin. Diapun menoleh dan Waaaw, Subhanallah aku berdecak kagum seperti melihat seorang bidadari yang turun ke dunia. Saat menolehpun ia sama sekali tak menyirtkan kemarahan justru senyuman manis yang menambah pesona kecantikannya.
    Kini perasaanku terombang-ambing sebagai laki-laki normal aku mulai senang bersyukur memperoleh istri secantik Fitria. Ada rasa sesal yang begitu mendalam telah mendzalimi dia kemarin.
Fitriapun menjawab dengan lembutnya “Mau jemput anak kita, Mas”.  Mendengar jawaban itu, aku langsung meresponnya “Tunggu mas Fadhil ya dik, mau mandi dulu?”, pintaku. Mungkin hanya dengan ini aku berharap dapat memperbaiki sikapku padanya dan yang pasti menebus segala kesalahan-kesalahanku. Akupun segera masuk dalam rumah menuju ke kamar mandi.

…………………
Riiiiiiiiiiiiing…riiiiiiiing…riiiiiiiiing!
Gubraaaak, alarmku bunyi berkali-kali..aku terjatuh dari tempat tidurku. Lagi-lagi aku kesiangan bangun, ku lihat Sony Ericksonku ada sebuah message dari sahabatku Irham.
“Fad, buruan ke kampus, dosennya udah di parkiran loh..”
Astaghfirulloh, pagi ini aku kesiangan bangun dan bakal telat ke kampus karena seonggok mimpi semalam, mimpi indah yang sarat akan hikmah terselubung yang disampaikan dari sang Khalik kepada insan-Nya.