Jumat, 10 Juni 2011

Biar Cinta itu Bermuara dengan Sendirinya...

Kenapa tak pernah kau tambatkan
perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu
pelabuhan tenang yang mau menerima
kehadiran kapalmu!

Kalau dulu memang pernah ada
satu pelabuhan kecil, yang kemudian
harus kau lupakan,
mengapa tak kau cari pelabuhan lain,
yang akan memberikan rasa damai yang lebih?
Seandainya kau mau,
buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu,
pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,
hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,
rumah dan pelabuhan hatimu.

(Judul Puisi ” Pelabuhan ” karya Tyas Tatanka, kumpulan puisi 7 penyair serang)

Matanya berkaca-kaca ketika perempuan itu selesai membaca dan merenungi isi puisi itu. Dulu sekali perempuan itu telah pernah berharap pada seorang laki-laki yang dia yakin baik dan hanif, ada kilasan – kilasan di hatinya yang mengatakan bahwa mungkin dialah sosok yang selama ini dicari.. dialah sosok yang tepat untuk mengisi hari harinya kelak dalam bingkai pernikahan.

Berawal dari sebuah pertemanan. Berdiskusi tentang segala hal, terutama masalah agama. Perempuan itu sedang berproses untuk mendalami agama Islam dengan lebih intens. Dan laki-laki itu, dia paham agama, aktif diorganisasi keislaman, dan masih banyak lagi hal – hal positif yang ada dalam diri lelaki itu. Sehingga kedekatan itu membawa semangat perempuan itu untuk terus menggali ilmu agama. dan mempraktekkannya dalam kesehariannya. Kedekatan itu berlanjut menjadi kedekatan yang intens, berbagi cerita, curahan hati, saling meminta saran, saling bertelepon dan bersms, yang akhirnya segala kehadirannya menjadikan suatu kebutuhan. Kesemuanya itu awalnya mengatasnamakan persahabatan.

Suatu hari salah seorang sahabatnya bertanya “Adakah persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan dewasa tanpa melibatkan hati dan perasaan terlebih bila sudah muncul rasa simpati, kagum dan kebutuhan untuk sering berinteraksi?”

Perempuan itu tertegun dan hanya bisa menjawab ” entahlah..”

Sampai suatu hari, laki-laki itu pergi dan menghilang… Awalnya masih memberi kabar. Selebihnya hilang begitu saja. Dan perempuan itu masih berharap dan menunggu untuk suatu yang tak pasti. Karena memang tidak pernah ada komitmen yang lebih jauh diantara mereka berdua. Setiap dia mengenal sosok lelaki lainnya… Selalu dibandingkan dengan sosok laki-laki sahabatnya itu dan tentulah sosok laki-laki sahabatnya itu yang selalu lebih unggul dibanding yang lain. Dan perempuan itu tidak pernah lagi membuka hatinya untuk yang lain. Sampai suatu hari,..

Perempuan itu menyadari kesia-siaan yang dibuatnya. Ia berharap ke sesuatu yang tak pasti hanyalah akan membawa luka dihati… Bukankah banyak hal yang bermanfaat yang bisa dia lakukan untuk mengisi hidupnya kini…. Air mata nya jatuh perlahan dalam sujud panjangnya dikegelapan malam… Dia berjanji untuk tidak mengisi hari-harinya dengan kesia-siaan.

“Lalu bagaimana dengan sosok laki-laki itu ??” Perlahan saya bertanya padanya.

“Saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa, yang salah hanyalah persepsi dan harapan yang terlalu berlebihan dari kedekatan itu, dan proses interaksi yang terlalu dekat sehingga timbul gejolak dihati…. Biarlah hal itu menjadi proses pembelajaran dan pendewasaan bagi saya untuk lebih hati – hati dalam menata hati dan melabuhkan hati,” ujarnya dengan diplomatis. Hingga saya menemukan perempuan itu kini benar-benar menepati janjinya.

Dunia perempuan itu kini adalah dunia penuh cinta dengan warna-warna jingga, tawa-tawa pelangi, pijar bintang dimata anak anak jalanan yang menjadi anak didiknya…. Cinta yang dialiri ketulusan tanpa pamrih dari sahabat-sahabat di komunitasnya yang menjadikan perempuan itu produktif dan bisa menghasilkan karya…cinta yang tidak pernah kenal surut dari kedua orang tua dan keluarganya… Dan yang paling hakiki adalah cinta nya pada Illahi yang selalu mengisi relung-relung hati..tempatnya bermunajat disaat suka dan duka… Indahnya hidup dikelilingi dengan cinta yang pasti.

Adakalanya kita begitu yakin bahwa kehadiran seseorang akan memberi sejuta makna bagi isi jiwa. Sehingga…. saat seseorang itu pun hilang begitu saja… Masih ada setangkup harapan agar dia kembali….Walaupun ada kata-katanya yang menyakitkan hati…. akan selalu ada beribu kata maaf untuknya…. Masih ada beribu penantian walau tak pasti… Masih ada segumpal keyakinan bahwa dialah jodoh yang dicari sehingga menutup pintu hati dan sanubari untuk yang lain. Sementara dia yang jauh disana mungkin sama sekali tak pernah memikirkannya. Haruskah mengorbankan diri demi hal yang sia-sia??

Masih ada sejuta asa…. Masih ada sejuta makna…..Masih ada pijar bintang dan mentari yang akan selalu bercahaya dilubuk jiwa dengan menjadi bermakna dan bermanfaat bagi sesama….

“Lalu… bagaimana dengan cinta yang dulu pernah ada??” tanya saya suatu hari.

Perempuan itu berujar, ” Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya… disaat yang tepat… dengan seseorang yang tepat…. dan pilihan yang tepat……hanya dari Allah Swt. disaat dihalalkannya dua manusia untuk bersatu dalam ikatatan pernikahan yang barokah..”

Semoga saja akan demikian adanya…

Untuk seorang sahabat.yang tengah meniti masa transisi
dini@mipp.ntt.net.id

sumber : eramuslim
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/biar-cinta-itu-bermuara-dengan-sendirinya/445134891041

Kamis, 09 Juni 2011

When You Believe

Lagu yang Menguatkan..Menginspirasiku :)

Many nights we've prayed
With no proof anyone could hear
In our hearts a hopeful song
We barely understood
Now we are not afraid
Although we know there's much to fear
We were moving mountains long
Before we knew we could


There can be miracles
When you believe
Though hope is frail
It's hard to kill
Who knows what miracles
You can achieve
When you believe
Somehow you will
You will when you believe

In this time of fear
When prayer so often proves in vain
Hope seems like the summer birds
Too swiftly flown away
Yet now i'm standing here
My heart's so full, i can't explain
Seeking faith and speaking words
I never thought i'd say


They don't always happen when you ask
And it's easy to give in to your fears
But when you're blinded by your faith
Can't see your way through the rain
Honesty will reveal all
When hope is very near

Kamis, 02 Juni 2011

iseng-iseng ikut lomba CERPEN :P


Merengkuh Rembulan di Mendung Kelabu
    Plak! Aku masih belum tersadar akan takdir ini, takdir? Ya, hari ini momen spesial, peristiwa yang ku harapkan terjadi sekali seumur hidupku. Tapi kenapa aku tak bisa menerima semua ini?? Aku seperti terhipnotis dengan keadaan ini. Terhipnotis oleh semua kejadian yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
    Ciiiiit…bunyi pintu kamarku yang telah tua dimakan usia, “Assalamu’alaikum..Mas Fadhil udah di tunggu semua keluarga di lantai bawah, kasihan mereka udah menunggu mas cukup lama terutama mbak Fitria, Ayo segeraturun?”, pinta Nisa adikku, ia yang telah menceritakan semua yang terjadi padaku ini tadi  pagi.
 “Iya dek, afwan..mas tadi agak diarejadi harus bolak-balik kamar mandi”, ucapku menutupi kegundahan hatiku yang terus berkecamuk. Seperti bisa membaca pikiranku, Nisa tiba-tiba mendekat dan duduk disampingku “Mas, ayolah ini semua sudah jadi keputusan keluarga, mas gak kasihan sama Ibu yang udah susah payah mencari yang terbaik buat mas? Sebagai laki-laki mas harus berani menghadapi apapun, mas sebagai nahkoda rumah tangga nantinya..Ayolah, bismillah pasti bisa!”, Nisa menyemangatiku, aku masih saja duduk lemas. Sekejap muncul wajah-wajah orang-orang yang sangat kucintai silih berganti dalam imajinasiku.
Ya, bismillah aku kuat, aku pasti bisa! Aku berdiri melemaskan otot-otot dan berusaha menghilangkan rasa  sakit pada tanganku yang masih mengepal. Ayo, Nis, Mas udah siap Insya Allah..Ku langkahkan kakiku mantap menuju lantai bawah, semua menatapku bahagia, terutama Umiku beliau tersenyum bangga padaku.
    Pernikahan ini bukanlah main-main, aku berusaha memantapkan hatiku yang masih saja resah walau sudah berkali-kali aku kuatkan. Aku mencari sosok  Marisa,  gadis yang cukup dekat denganku, dia yang sangat ku harapkan duduk sebagai mempelai wanita, bukan Fitria.
Demi ibu dan keluargaku tercinta, aku ucapkan akad nikah dengan lancar, namun hatiku masih saja berontak.

…………………
    Waktu mulai larut, matahari kembali ke peraduannya digantikan Sang Bulan,  aku sama sekali belum melihat bagaimana paras istriku, Fitria. Raga ini turut berontak hingga melihatnya pun enggan, begitu teganya aku sebagai suami. Masih dengan kegalauan perasaanku, aku memutuskan untuk tidak tidur sekamar dulu layaknya pasangan suami istri baru.  
    Aku keluar menemui Nissa adikku, aku ingin menumpahkan semua yang berkecamuk dalam hatiku. “Nis, mas mau ngobrol sebentar?” pintaku pada Nissa yang sedang kumpul bersama keluarga. Aku mengajaknya ke taman belakang. “Mas, kok nggak nemenin mbak Fitria di kamar?”, tanyanya padaku. “Nis, kamu nggak melihat kegundahan mas? Jujur mas masih saja belum sepenuhnya ridho, mas masih mengharapkan Marisa. Mas belum mengerti ini semua, kenapa bisa terjadi? Kenapa aku harus menikahi wanita yang sama sekali nggak aku kenal? Kenapa kamu sama Umi begitu ngotot mengusulkan fitria untuk menjadi istriku?”, aku keluarkan semua pertanyaan yang berkecamuk hingga detik ini aku bernafas. “Mas, maaf sebelumnya aku sama Umi nggak bermaksud membuat mas menderita, kami pikir Fitrialah yang terbaik buat mas”, ucap Nissa padaku.


Jeedeeeeer, Zzzzt!
Seperti tersambar petir, aku mendengarkan semua penjelasan Nissa.  Aku baru tahu bahwa istriku adalah seorang janda dengan satu anak laki-laki. Fitria masih cukup muda, suaminya meninggal ketika berangkat haji di Mekah.
Aku sangat merasa bersalah, tiba-tiba muncul rasa simpatiku terhadap Fitria. Ia sosok yang sabar, tabah dan baik hati begitu kata adikku Nissa. Perlahan-lahan muncul rasa penasaran terhadap Fitria bagaimana parasnya sampai detik ini aku belum melihatnya, namun kali ini  egoku mengalahkan rasa penasaran itu. Aku putuskan masuk ke kamar lain untuk bersujud pada-Nya, lalu lekas tidur serambi menanti esok hari yang masih menjadi misteri.
Yaa Alloh, betapa aku jahat sekali pada Fitria, wanita yang kini menjadi pendamping hidupku.
Betapa aku telah menyakiti perasaannya, Yaa Robb…
Aku tak menghiraukannya sama sekali, padahal dia istriku.
Aku yang telah resmi menjadi imam di kehidupannya, tapi masih saja mengharap  cinta yang lain…
Cinta masa laluku yang begitu besar.
Aku berdosa.
Aku dzolimi dia…
Ampuni aku, Yaa Alloh…
Ampuni segala kekeliruan yang telah aku perbuat.
Namun aku tak mampu menerima takdir ini, aku belum bisa menerima dia di kehidupanku menggantikan cintaku pada Marisa.  Namun, Ya Robb yang Maha Membolak-balikan hati, jika memang Fitria adalah yang terbaik untukku aku siap menerimanya dalam keadaan apapun dia, aku siap melupakan cintaku pada Marisa..Mohon berilah petunjuk, Ya Allah..
 Tunjukkanlah jalan terbaik pada hamba-Mu ini  Ya Robb..
Aku akan sangat berdosa jika berlaku seperti ini terus kepada istriku, Ya Allah..
Aku mohon maafkan hamba, berilah kekuatan padaku untuk menjalani serangkaian lika-liku kehidupan ini..
Amien..amien…amien…
Yaa Robbal’alamien…

    Munajatku ba’da sholat isya’. Aku masih juga terduduk bersimpuh. Segala perasaanku, aku paksakan terucapkan padaNya. DIA, Dzat yang lebih tahu apa yang terjadi pada diriku. Aku yakin, DIA bisa memberikan jawaban yang tepat bagi kegelisahanku. Sudah saatnya manusia tak lagi menggantungkan harapan dan hatinya pada manusia lain. manusia hanya perlu menggantungkan harapan dan hati seutuhnya pada Sang Pencipta. Inilah kunci sukses dunia-akhirat.

…………………

    Aku kesiangan bangun pagi ini, aku terlalu lelah berkutat dengan alam batinku. Konflik batin yang begitu berat. Seusai sholat Subuh, aku masih berada dalam keraguan, apakah aku benar-benar sudah menikah atau belum. Masih merasa seperti mimpi, mimpi buruk, pikirku.
    Pagi ini rasa penasaranku makin membara, walau belum sepenuhnya menerima. Egoku mulai luluh, aku ingin melihat Fitria, orang yang kini sah menjadi istriku.
Aku putuskan, sebagai seorang laki-laki muslim aku harus mulai belajar mengikhlaskan segala keputusan yang telah aku ambil. Aku buka pintu kamarku dimana Fitria tadi malam tidur, namun tak ku temukan sosoknya. Aku hanya ingin sekedar menyapanya dengan niat utama melihat parasnya.
    Mentari pagi begitu bersahabat, sinar hangatnya mulai masuk melalui celah-celah kecil disisi-sisi rumahku. Aku ingin menghirup udara pagi ini merasakan kehangatan surya pagi dengan sinarnya yang mungkin bisa sedikit menenangkan hatiku. Aku keluar dari rumah untuk sekedar jalan-jalan pagi, di sudut jalan ku temukan segerombolan perempuan terdiri dari enam orang yang sebagian wajahnya ku kenali. Ada teman SMAku disana yang kebetulan tetanggaku juga. Aku melihat sekilas satu persatu “Put, aku udah nikah ya? Siapa sih istriku? Kamu bukan? Putri tersenyum menahan tawa “ Iya, kamu udah nikah. Tapi bukan aku istrimu. Istrimu itu lho mbak Fitria”, jelas Putri sambil menunjuk perempuan yang paling ujung, yang telah ku lewati dan aku tak mengenalnya. Mendengar penjelasan Putri, aku langsung bergumam “Oh, pantesan waktu aku melewati sosoknya, ia tersenyum padaku namun aku tak menghiraukannya.
    Aku belum melihat wajah istriku dengan jelas. Aku merasa memiliki hak atas istriku, dengan spontan aku panggil dia “Dik, mau kemana?”, tanyaku sambil berharap dia tidak marah denganku yang telah mengacuhkan dia seharian kemarin. Diapun menoleh dan Waaaw, Subhanallah aku berdecak kagum seperti melihat seorang bidadari yang turun ke dunia. Saat menolehpun ia sama sekali tak menyirtkan kemarahan justru senyuman manis yang menambah pesona kecantikannya.
    Kini perasaanku terombang-ambing sebagai laki-laki normal aku mulai senang bersyukur memperoleh istri secantik Fitria. Ada rasa sesal yang begitu mendalam telah mendzalimi dia kemarin.
Fitriapun menjawab dengan lembutnya “Mau jemput anak kita, Mas”.  Mendengar jawaban itu, aku langsung meresponnya “Tunggu mas Fadhil ya dik, mau mandi dulu?”, pintaku. Mungkin hanya dengan ini aku berharap dapat memperbaiki sikapku padanya dan yang pasti menebus segala kesalahan-kesalahanku. Akupun segera masuk dalam rumah menuju ke kamar mandi.

…………………
Riiiiiiiiiiiiing…riiiiiiiing…riiiiiiiiing!
Gubraaaak, alarmku bunyi berkali-kali..aku terjatuh dari tempat tidurku. Lagi-lagi aku kesiangan bangun, ku lihat Sony Ericksonku ada sebuah message dari sahabatku Irham.
“Fad, buruan ke kampus, dosennya udah di parkiran loh..”
Astaghfirulloh, pagi ini aku kesiangan bangun dan bakal telat ke kampus karena seonggok mimpi semalam, mimpi indah yang sarat akan hikmah terselubung yang disampaikan dari sang Khalik kepada insan-Nya.











Surat Untuk Sahabat



Teruntuk seseorang…



Seorang sahabat baruku, teman yang lama kunanti


Kesamaan, kesenangan, sampai suatu problema yang sama

Kita lalui, kita mengerti dan kita jalani

Aku tak tau harus berkata apa ketika tahu kau menangis

menangis menitikkan air mata

Aku ingin ikut dalam kesedihanmu dan bersiap menyediakan bahuku

Agar kau tetap kuat, kawan

Wahai sahabat baruku, sungguh aku tak bermaksud melukaimu

Aku tak bermaksud kau larut dalam kesedihan ini

Aku tak bermaksud membuatmu gelisah

Dengan apa yang telah aku ceritakan padamu waktu itu

Mungkin memang aku yang kurang peka sampai-sampai lepas kontrol

Meluapkan cerita dan problema tentang dia kepadamu

tanpa melihat bagaimana perasaanmu

Aku menangis disini, kawan ketika tau kau menangis karena “hal” itu

Sungguh kawan, jika dengan aku menjauh darinya membuatmu lebih baik

Membuatmu tersenyum ceria kembali

Aku mau melakukannya karena memang aku memilihmu sebagai sahabat baruku

Tidak masalah jika memang harus begitu adanya

atau paling tidak aku membatasi interaksiku dengannya



Kau tau kawan, Sahabat itu saling mengerti dan memahami layaknya pagi dan senja


Aku Sang Pagi Ceria dan Kau Senja Cantik itu

Mereka saling mengerti kapan mereka harus muncul untuk bumi ini

Bagi sejuta umat di bumi Illahi

Pagi dan senja memang sangat kontradiksi

Namun dengan keindahannya mereka memancarkan kebaikan

Memulai dan mengakhiri suatu hari



Sungguh, aku tak ingin tali pertemanan ini hanya berakhir disini


Aku ingin ketikapun persahabatan ini harus berakhir,

berakhirlah seperti halnya senja mengakhiri satu hari

Sungguh indah dengan siluet jingganya di langit barat sana,

Namun begitu aku tak pernah berharap akan perpisahan diantara kita kawan

Ini hanyalah problema, kawan

Yang harus kita lewati

tuk kita saling mengenal, memahami, dan mengerti satu sama lain

Karena akulah SAHABAT BARUmu

*Ku berharap persahabatan kita seperti pagi dan senja yang bisa saling memahami, saling mengingatkan akan kesalahan untuk sebuah keindahan ..

Terima kasih telah mau menerimaku sebagai teman, teman berbagi, teman yang saling menguatkan..

Bersyukur mengenalmu, Kawan

Maaf atas segala khilaf sampai saat ini..